Rangkuman Tugas Kesehatan Mental
Kesehatan Mental
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: 
Kesehatan adalah 
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup 
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan
 harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur 
fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian
 integral kesehatan.
Konsep Sehat
Konsep kesehatan tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan
 kemajuan kebudayaan. Makna sehat dan sakit ternyata dipengaruhi oleh 
peradaban. Budaya barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang 
mendasar mengenai konsep sehat-sakit. Perbedaan ini kemudian memengaruhi
 system pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya, pandangan mengenai 
kesehatan mental juga berbeda.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relative mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdektesi, sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri.
 Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relative mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdektesi, sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri.
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk 
psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik 
maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai 
keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak 
ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. 
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain.
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain.
Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Teori Kepribadian Sehat 
Aliran Psikoanalisa
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia 
terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah 
yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, 
energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, 
Ego dan Super Ego.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis:
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Aliran Humanistik 
Ahli-ahli psikologi humanisik semakin kritis terhadap tradisi-tradisi 
ini, karena mereka percaya bahwa behaviorisme dan 
psikoanalisis memberikan pandangan-pandangan terbatas tentang kodrat 
manusia, mengabaikan puncak-puncak yang akan didaki oleh orang-orang 
yang memiliki potensi. Tuduhan dari pengeritik-pengeritiki ni adalah 
bahwa behaviorisme memperlakukan manusia sebagai suatu mesin “ suatu 
sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai 
dengan hukum”.
Aliran Behavioristik 
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
Penyesuaian Diri & Pertumbuhan 
Penyesuaian diri merupakan
 suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu 
agar terjadi hubungan yang lebih  sesuai antara diri individu dengan 
lingkungannya. 
Scheneiders (1964: 51) mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (well adjusment) ditandai dengan:
Scheneiders (1964: 51) mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (well adjusment) ditandai dengan:
- Pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri,
 - Obyektivitas diri dan penerimaan diri,
 - Oengendalian diri dan perkembangan diri,
 - Keutuhan pribadi,
 - Tujuan dan arah yang jelas,
 - Perspektif, skala nilai dan filsafat hidup memadai,
 - Rasa humor,
 - Rasa tanggung jawab,
 - Kematangan respon,
 - Perkembangan kebiasaan yang baik,
 - Adaptabilitas,
 - Bebas dari respon-respon yang simptomatis (gejala gangguan mental),
 - Kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain,
 - Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
 - Kepuasan dalam bekerja dan bermain, dan
 - Orientasi yang menandai terhadap realitas.
 
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
- Faktor Biologis
 
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang utuh 
seperti kepala, tangan , kaki dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan 
bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada 
warisan biologis yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak 
semua ada yang memiliki karakteristik fisik yang sama.
- Faktor Geografis
 
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada 
penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan 
dengan baik dan mencimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga.
 Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan 
baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang 
tidak baik pula.
- Faktor Kebudayaan Khusus
 
Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun, 
tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki 
kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
- Aliran asosiasi
 
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan 
pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang 
menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan 
batin sendiri yang menimbulkan reflektion. 
- Psikologi gestalt
 
pertumbuhan adalah proses  perubahan secara perlahan-lahan pada manusia 
dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal 
bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
- Aliran sosiologi
 
Teori Kepribadian Sehat
Allport 
Menurut
 Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah 
sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing 
tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional. 
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan – pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat :
1. Perluasan Perasaan Diri
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang – orang lain
3.       Keamanan Emosional 
4.       Persepsi realistis  
5.       Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas  
6.       Pemahaman diri  
7.       Filsafat hidup yang mempersatukan
Carl Rogers
Menurut Rogers : Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers yang
meliputi  
1. PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN “SELF”
  
Menurut Rogers, manusia yang sadar dan rasional,
tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Hal ini tidak
menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak
dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi
kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada masa lampau. 
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi
pokok didalam teorinya, yaitu:
·        
Organism,
yaitu
keseluruhan individu · Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
2. PERANAN
POSITIF REGARD DALAM PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN INDIVIDU
Positive
regard, suatu kebutuhan yang memaksa, dimiliki semua
manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan
kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau menerima kasih sayang
dan cinta dari orang lain (ibunya), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan
dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Anak itu akan tumbuh menjadi suatu
kepribadian yang sehat, tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan
baik.
3. CIRI-CIRI
ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA
 
a. Kebutuhan fisiologis 
 
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita
mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
 
 
Fungsi Coping  
Mekanisme coping individu menurut Rasmun (2001), meliputi : 
1) Mekanisme coping yang destruktif (mal adaptif)
 
 
 
Pertumbuhan Personal
  
A. Model - Model Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu:
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
 
  
  
  
  
Hal yang pertama dikemukakan tentang versi Rogers
mengenai kepribadian yang sehat, yakni keribadian yang sehat itu bukan
merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arahan bukan
suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus; tidak pernah merupakan suatu
kondisi yang selesai atau statis. Hal kedua dari aktualisasi diri adalah
aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang menyakitkan. Aktualisasi
diri merupakan suatu ujian, rentangan dan pecutan terus menerus terhadap semua
kemampuan seseorang. Hal ketiga tentang orang-orang yang mengaktualissikan
diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri. Mereka tida
bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan
mereka atau menyembunikan sebagian diri mereka.
Abraham Maslow 
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain.
Teori Kepribadian Abraham Maslow 
1) Individu sebagai Kesatuan TerpaduPertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain.
2) Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
b. Kebutuhan akan rasa aman 
c. Kebutuhan sosial 
d. Kebutuhan akan penghargaan 
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Erich Fromm
 
Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada 
pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti 
adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat 
penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian 
seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. 
Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah 
masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup 
dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang 
manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling 
merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang 
pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang 
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life 
is being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang 
yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
- mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
 - mampu mencintai dan dicintai,
 - mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
 - mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
 - mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
 - memiliki watak sosial yang produktif.
 
STRES
Pengertian Stres
Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian.
Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian.
Stres merupakan suatu keadaan yang 
menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan 
menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, 
maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme 
tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang 
satu dengan individu yang lain. 
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi:
- Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
 - Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
 - Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
 
a. Aspek Fisiologis 
Selye (dalam Sarafino, 2006) 
mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Ia
 mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri 
atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu: 
 b. Aspek psikologis- Fase reaksi yang mengejutkan ( alarm reaction )
 - Fase perlawanan (Stage of Resistence )
 - Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion )
 
Reaksi psikologis terhadap stressor meliputi:
- Kognisi
 - Emosi
 - Perilaku Sosial
 
a.Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun
luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang
dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri. 
b. Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah
tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang
berlawanan. Konflik dibagi kedalam tiga tipe :
- Konflik menjauh-menjauh
 - Konflik mendekat-mendekat
 - Konflik mendekat-menjauh
 
c. Frustrasi
d. Kecemasan
Gelisah, khawatir, takut, phobia dan perasaan
semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami suatu kecemasan.  
Pendekatan problem solving terhadap stres 
Lazarus
 & Folkman (1986) mengidentifikasikan berbagai jenis strategi 
coping, baik secara problem-focused maupun emotion-focused, antara lain:
- Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
 - Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
 - Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber dukungan informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
 - Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam masalah.
 - Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih kepada hal yang dapat menciptakan suatu pandangan positif.
 - Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau menghindari.
 - Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan diri sendiri.
 - Positive reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.
 
Coping Stres 
Menurut Lazarus & Folkman (1986) mendefinisikan coping
sebagai segala usaha untuk mengurangi stres, yang merupakan proses pengaturan
atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang
melampaui kemampuan seseorang.
Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat dari bagaimana gaya menghadapi stres, yaitu : 
1. Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif.
1. Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif.
2.       Problem-Focused Coping  
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres.
 
Jenis - Jenis Coping 
Lazarus & Folkman (1986) 
mengidentifikasi berbagai jenis strategi coping, baik secara 
problem-focused maupun emotion-focused, antara lain : 
1) Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
2) Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
3) Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber dukungan informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
4) Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam masalah.
5) Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih kepada hal yang dapat meciptakan suatu pandang positif.
6) Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau menghindari.
7) Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan diri sendiri. Positive reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.
 1) Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
2) Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
3) Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber dukungan informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
4) Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam masalah.
5) Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih kepada hal yang dapat meciptakan suatu pandang positif.
6) Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau menghindari.
7) Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan diri sendiri. Positive reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.
Jenis - Jenis Coping Destruktif & Konstruktif
1) Mekanisme coping yang destruktif (mal adaptif)
Adalah
 suatu keadaan dimana individu mempunyai pengalaman atau mengalami 
keadaan yang beresiko tinggi suatu ketidakmampuan untuk mengatasi 
stressor. Coping maladaptive menggambarkan individu yang mengalami 
kesulitan dalam beradaptasi terhadap kejadian-kejadian yang sangat 
menekan (Carpenito, 2001). 
2)      Mekanisme coping yang konstruktif (adaptif) 
Merupakan
 suatu kejadian dimana individu dapat mengatur berbagai tugas 
mempertahankan konsep diri, mempertahankan hubungan dengan orang lain, 
mempertahankan emosi dan pengaturan stres (Carpenito, 2000).  
 Penyesuaian Diri & Pertumbuhan
Penyesuaian diri adalah proses 
dinamik dalam interaksi individu dengan diri sendiri, orang lain dan 
lingkungan yang mencakup respon-respon mental dan perilaku untuk 
menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik 
dan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan
 dari luar diri individu. 
Pertumbuhan Personal
Menurut Crow dan Crow , kematangan atau pertumbuhan sejak pembuahan dan 
seterusnya merupakan gejala alamiah. Pertumbuhan itu sebagai suatu hasil
 dari fakor-faktor luar dari individu yang matang atau tumbuh itu bisa 
di tunjukan sebagai perkembangan . Definisi pertumbuhan ialah perubahan 
secara fisiologis dari hasil proses suau kematangan fungsi-fungsi 
jasmani sebagai akibat dari adannya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan 
dapat diartikan sebagai proses berubahnnya keadaan jasmaniah (fisik) 
yang turun-menurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan. 
Selain itu pertumbuhan tidak hanya berlaku pada hal yang bersifat 
kuantitatif , seperti alam, sel, kromosom rambut dan lain-lain . namun 
pertumbuhan terdiri dari bahan-bahan kualithttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7173945491368225456#editor/target=post;postID=4301741260679313489atif seperi kesan, keinginan,
 ide, gagasan , pengetahuan , nilai dan lain-lain. 
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu: 
1. Faktor Biologis
2. Faktor Geografis 
3. Faktor Kebudayaan 
 
Hubungan Interpersonal 
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita 
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar 
hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak 
hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.  
A. Model - Model Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu:
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Model Peranan 
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
3. Model Interaksional 
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
B. Cara memulai hubungan
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan 
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya.
2. Peneguhan Hubungan 
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.
3.Pemutusan Hubungan 
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi
b. Dominasi
c. Kegagalan
d. Provokasi
e. Perbedaan nilai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar