Rabu, 20 Maret 2013

KESEHATAN MENTAL


 Ratih Ayu Widyasih / 1A512082 / 2PA01  (Tulisan 1 Kesehatan Mental)


PENGERTIAN KESEHATAN
    “Suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit” (Freund, 1991:The International Dictionary of Medicine & Biology).
 
“Kesehatan adalah:1).Condition of a person’s body or mind.2).State of being well and free from illness”. (Hornby, 1989).

 
“Keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (Rohani) dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan” (WHO dalam Smet, 1994)
 
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan resultante dari 4 faktor (3) yaitu:
1.Environment atau lingkungan.
2.Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3.Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

KONSEP SEHAT
Konsep kesehatan tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan kemajuan kebudayaan. Makna sehat dan sakit ternyata dipengaruhi oleh peradaban. Budaya barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat-sakit. Perbedaan ini kemudian memengaruhi system pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya, pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda.
SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relative mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdektesi, sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri.
 
A. GANGGUAN MENTAL TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT

 
● (Tahun 1600 dan sebelumnya)
Dukun asli Amerika (Indian), sering juga disebut sebagai “penyembuh” (healer, shaman) orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian. Pandangan masyarakat saat itu menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karena mereka dimasuki oleh roh-roh yang ada disekitar.
 
● Tahun 1692
Sejarah kesehatan mental di Eropa, khususnya Inggris, agak sedikit berbeda. Sebelum abad ke-17, orang gila disamakan dengan penjahat/criminal, sehingga mereka dimasukkan kedalam penjara.

Jhon Locke (1690) dalam tulisannya yang berjudul An Essay Concerning Understanding, menyatakan bahwa terdapat derajad kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal terus menerus. Kegilaan adalah ketidak mampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secaratetap. Pandangan John Locker ini bertahan di Eropa sampai abad ke-18.

B. GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
 
● Tahun 1724
Pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit juwa itu sendiri. Pada saat ini benih-benih pendekatan secara medis mulai dikenalkan, yaitu dengan memberikan penjelasan maslah kejiwaan sebagai akibat gangguan yang terjadi di tubuh.
 
● Tahun 1812
Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu pengecara mula-mula yang menangani masalah penanganan secara manusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Inquiris and Observations Upon Diseases of the Mind. Ini merupakan buku teks psikiatris Amerika pertama. 
 
● Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.
 
● Tahun 1980
Clifford Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada tahun 1900. Dia merupakan lulusan Yale dan seorang bisnisman, yang kemudian mengalami gangguan setelah mengalami sakit dan saudara laki-lakinya meninggal. Pada tahun 1908 dia menulis buku yang berjudul A Mind ThatFound Itself, merupakan laporan pengalamannya sendiri sebagai pasien sakit mental dan secara jelas menggambarkan kekejaman lembaga perawatan. Beers kemudian mendirikan masyarakat Connecticut untuk mental Higiene yang kemudian pada tahun berikutnyaberubah menjadi komite Nasional untuk mental Higiene (the National Committee for mental Hyggiene), yang merupakan pendahulu Asosiasi kesehatan mental Nasional (National Mental Healt h Association) sekarang ini.  Tujuan asosiasi ini adalah untuk :
- Memperbaiki sikap masyarakat terhadap penyakit mental dan penderita sakit mental
- Memperbaiki layana terhadap penderita penyakit mental
- Bekerja untuk pencegahan penyakit mental dan mempromosikan kesehatan mental
 
● Tahun 1909
Sigmun Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisis di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts.
 
● Tahun 1910
Emil kraepelin ppertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk mendekesi adanya gangguan epilepsy.
 
● Tahun1918
Asosiasi Psikoanalisis Amerika membuat aturan bahwa hanya orang yang telah lulus dari sekolah kedokteran dan menjalankan praktek psikiatris yang dapat menjadi calon untuk penelitian psikoanalisis.
 
● Tahun 1920-an
Harry Stack Sullivan yang mengawasi pasien schizophrenia di Rumah sakit Sheppard-Pratt Hospital menunjukan pengaruh lingkungan terapeutik ketika parapasien dapat di kembalikan ke masyarakat. Pada tahun 1920-1930 di Eropa terjadi perubahan treatme dalam mengalami gangguanmental. Perubahan ini berkat pengaruh teori freud yang pada masa itu menjadi terkenal. Perubahan treatmen tersebut meliputi :
a. Treatmen di dalam rumah sakit kurang diminati, diganti treatmen yang dilakukan diluar rumah sakit.
b. Treatmen dilakukan tidak memerlukan sertifikasi
c. Treatmenn dilakukan dirumah pasien 
 
● Tahun 1930-an
Psikiater mulai menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizophrenia.
 
● Tahun 1936
Agas monzi mempublikasikan suatu laporan mengenai lobotomy frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun 1936 sampai pertengahan 1950-an, diperkirakan 20.000 prosedur pembedahan ini digunakan terhadap pasien mental Amerika.
 
● Tahun 1940-an
Elektroterapi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali di gunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani penyakit mental. Pada tahun 1940-1950 dimulainya perawatan masyarakat bagi penderita gangguan mental di Inggris.
 
● Tahun 1947
Fountain House di New York City memulai rehabilitasi psikiatrik orang yang mengalami sakit mental. 
 
●Tahun 1950
Dibentuk National Association of Mental Health (NAMH) yang merupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric foundation. Lembaga baru ini melanjutkan misi Beers dengan lebih jelas.
 
● Tahun 1952
Obat antipsikotik konvensional pertama, yaitu chlorpromazine, diperkenakan untuk menangani pasien schizophrenia dan gangguan mental utama lainnya.
 
● Tahun 1960-an
Media inggris mulai mengungkapkan kesehatan mental dengan menampilkan orang-orang yang pernah mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalaman mereka. Pada masa ini segala hal yang tabu berkaitan dengan gangguan mental mulai dibuka dan dibicarakan secara umum.

C. GANGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT
  ● Tahun 1961
Thomas Szasz membuat tulisan yang berjudul The Myth of Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidaklah betul-betul “sakit”, tetapi merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan.
 
●Tahun 1962
Ada 422.000 orang yang tinggal di rumah sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.

 
● Tahun 1970
Mulainya deinstitusional massal. Pasien dan keluarga mereka kembali pada sumber-sumber mereka sendiri sebagai akibat kurangnya program-program bagi pasien yang yang telah keluar dari rumah sakit untuk rehabilitasi dan reintegrasi kembali ke masyarakat.

 
● Tahun 1979
NAMH menjadi the National Mental Health Association (NMHA).

 
● Tahun 1980
Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opname di rumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental. ini tidak terlepas dari peranan NMHA yang menggalang dukungan dari akar rumput dan bekerja sama dengan pemerintah dalam menghasilkan The Mental Health Systems act of 1980.

 
D. MELAWAN DISKRIMINASI TERHADAP GANGGUAN MENTAL

  ● Tahun 1990
NMHA memainkan peran penting dalam memunculkan Disabilities Act, yang melindungi warga Amerika yang secara mental dan fisik disable dari diskriminasi di beberapa wilayah, seperti pekerjaan, akomodasi public, transportasi, telekomunikasi, dan pelayanan pemerintah pusat dan local. Sementara itu, teknologi menggambarkan otak digunakan untuk mempelajari perkembangan penyakit mental utama dengan lebih baik lagi.
 
● Tahun 1994
Obat antipsikotik atipikal yang bpertama diperkenalkan. Ini merupakan obat antipsikotik baru pertama setelah hampir 20 tahun penggunaan obat-obatan konvensional.

 
● Tahun 1997
Peneliti menemukan kaitan genetic pada gangguan bipolar yang menunjukkan bahwa penyakit ini diturunkan. Berdasarkan sejarah kesehatan mental diatas, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai sakit mental/sakit jiwa/ganguan mental ternyata berbeda-beda dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.


PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.


Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.

Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.

Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.



 
DAFTAR PUSTAKA  :
  • Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya Sunanti Z. Soejoeti Pusat Penelitian  Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
  • Kesehatan mental, konsep,cakupan dan perkembangannya, Siswanto,S.Psi., M.SI.  
  • Saparinah Sadli,“Pengantar dalam Kesehatan Jiwa” dalam buku Intregasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam, Hanna Bastaman, Pustaka Pelajar 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar