Minggu, 18 November 2012

Kumpulan - Kumpulan Puisi


    Semalam di satu Kampung

Hawa kesak, asap rabuk penggergajian, kotoran meliput segala
Kaki dan bangku kotor, sarang laba-laba penghias dinding
Berpara asap setiap sudut gubuk, roti dan air, apak
Tukang tenun batuk-batuk, kanak-kanak bertangisan,
larut dan sengsara semata
Kerja seumur hidup, apa dapat dihabiskan
Lalu kekuburan si miskin
Ah.. sia-sia menuntut ajaran ini
Yakinlah jiwaku, beranilah !



    Ya, luhur musik dari laguku

Ya, luhur musik dari laguku
Gema keluhan memnuhnya
Nafas pahit dari jauh mengenanya
Dan tak bungkuk punggungku dibawah cambuk

Kabut-kabut hari menimpa senja
Pencapai tanah janjian, akupun ikut
Sia-sia jalan ditelan bajang
Dunia bangkit sekitarku bagai dinding

Kadang dari negeri jauh itu, bisikkan
Sia-sia, guruh jauh laiknya
Dapatkan pupus sakit lama yang letih
Dalam lama menunggu sesuatu ajaib ?



Layar Dilaut

Putih layar itu dan sepi
Pada biru abadi berkabut
Lari dari apa dipangkalan sendiri ?
Apa dicari dalam yang baru /

Ombak-ombak menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeratakan
Sayang ! Ia bukan meliputi sial
Pun bukan memburu kemujuran

Dibawahnya arus, gelombang
Diatasnya dada emas mentari
Tapi ia, pemberontak mengajak badai
Seakan ada damai didalam badai



  Lagu Nafas

Dengan nafas kuhirup udara
Yang rasanya berasal Provenca
Segala disana menggirang daku
Dan tiap kudengar cakapnya merdu
Akupun tertawa, dan lantas mohon
Tiap kata diulang seratus kali
Begitu indah terdengar olehku

Tak pernah didengar cakap begitu manis
Diantara deras arus Rona dan Venca
Sedari negara hingga Durensa
Adapun tak ada pojok gitu ria
Seperti diantara anak Perancis
Tumpangan hati sambil ketawa
Yang bikin si murung suka riang



  Persimpangan Jalan

Jika kau rendah hati dan sungguh murni jiwamu
Marilah, dibolehkan mengatakannya amat perlahan
Dari semua serba agung, patokannya engkau
Langkahmu bersuluh suatu langit batin

Tapi, dengan tidak kau kenang tempat lahirmu
Dewamu yang angkuh mengejek kuasa
Larilah petir telah datang dengan dendam luhur
Para makhluk yang jauh lebih remeh dan hampa


 Merelakan

Indahnya  sewaktu kita bersama
Terasa bagai di surga
Engkaulah sinaran cahaya ilhamku
Penawar kedukaanku

Sehingga kini ku masih terbayang
Ketika memadu cinta
Tak daya ku melupakan segalanya
Kenangan cinta kita

Setelah ku kehilanganmu
Seluruh hidupku kegelapan
Tanpa kasih sayang darimu
Aku tenggelam dan karam di lautan

Cinta suci, biarlah ia pergi
Demi kebahagiaanmu
Ku relakan dikau
Pergi dariku

Kasih, mengertilah
Hatiku ini yang terluka
Nantikan ku di pintu surga
Hanya air mata
Menjadi teman hidupku


ARTI  

Berucap tanpa makna
Melihat tanpa memandang
Mendengar tanpa menyimak
Meraba tanpa merasakan
Mencium tanpa membau
Hidup tanpa tujuan
Mati tanpa arah
Pria tanpa wanita
Wanita tanpa pria
Kosong


KAMU
Masih terasa harummu kemarin
Indahnya merasuk dalam otak dan membekukannya
Senyummu selalu mengambang di depan mata
Menghalangi kebimbangan yang ada

Taukah wahai engkau…
Ketakmampuanku mematahkan tulang-tulangku
Aku tak mampu lagi berdiri dengan akalku
Kebodohan ini semakin menjadi lebih indah
Aku terperangkap dalam permainan hatiku sendiri

Masih tak bisa menghilangkan harummu dari ujung hidungku
Aku telah lelah dari awal
Aku telah kalah oleh persepsiku sendiri
Aku mengecil oleh ketinggianmu

Tuhan, andai aku bisa memohon padamu
Jauhkanlah kebimbangan ini dari hatiku
Hilangkanlah perasaan ini dariku
Aku tak pantas, membayangkannyapun aku tak pantas

Biarlah ini menjadi rahasia kita
Biarlah terpendam dan menjadi butiran debu
Aku tak mampu menanggungnya
Aku tak pantas menerimanya




Tentang..

Ada sekelebat angin mengantarkan rasa takut
Yang membuat tanganku berani beranjak menggenggam pena
Dan mengukir apa yang kurasa
Kini,
Detik ini,
Kutulis tentang ia.
Aku masih mampu merasakan aroma pertengkaran hari kemarin.
Aku masih mampu merasakan debaran jantung yang tak terkendali, hanya karena sesuatu yang baunya terasa amis sekali di hidungku.
Detik ini,
Kutulis tentang ia.
Yang hanya dengan dirinya mampu memahami kerumunan pikiran tak wajar yang bersarang di otakku.
Tetap, kutulis lagi tentang ia.
Tentang apa yang kurasa.
Barangkali otakku sudah terasa sumpek, busuk.
Hingga aku jarang memikirkannya.
Detik ini,
Aku ngilu,
Masih kutulis tentang ia. Dan tentang apa yang kurasa.
Tentang aku dan dirinya.
Tentang kedatangan yang tak seharusnya.
Tentang hati yang slalu ingin bertanya.
Aku diam
Aku diam
Aku tetap diam, dan aku masih terdiam,
Aku mencintaimu, dan jangan kau banyak tanya lagi.
                                                                                                            by : Ole’
 


 
 Kisah ini akan segera berakhir 
Kisah ini akan segera berakhir
Aku akan bengun dari mimpi dan merindukannya
Kenyataan akan menunggu seberang perbatasan
Tiap tawa yang terekam dalam jengkal memori akan menjadi kenangan
Setiap amarah yang singgah akan terkikis oleh kenangan
Butiran debu yang terhirup akan menjadi pembeda kelak
Kelak saat kita terpisah oleh jarak
Aku telah merindukanmu jauh sebelum meninggalkanmu
Siluet-siluet mimpi indah akan membayangi tiap jalan yang akan kita telusuri
Membangkitkan aroma kenangan akan tawa, tangis, canda dan cinta
Cinta, persahabatan yang tumbuh akan menjadi saksi bisu
Saksi yang akan terus terkenang oleh tiap tapak-tapak kaki yang terpatri
Sekali lagi aku akan bicara:
“aku telah merindukanmu sebelum meninggalkanmu.”
Jika ini mimpi maka jangan bangunkan aku
Aku ingin tetap dalam mimpi ini.
 




Cerpen  :  " Oh, me .. "


Ketika kuputar lagi ingatan ini,,
Ketika aku bersikeras untuk mengingat awal dari semua ini,,
Aku pun merasa lelah,,
Lelah karena dini ini tak mampu untuk mengingatnya,,

Ntah, ini anugerah
Atau bahkan suatu bumerang yang siap menghancurkan segalanya,,
Kulihat kembali,,
Langit ternyata telah mengubah warnanya menjadi lebih gelap,,
Tapi, kumpulan anak-anak disana,,masih enggan untuk meninggalkan permainannya
Yaa, mungkin karena mereka terlalu menikmati permainan itu,,
Begitu juga aku,,
Aku yang sudah terjebak disni, dan sulit rasanya untuk  meninggalkan semua ini,,
Mungkin,,
Ya mungkin ini hanya seperti angin yang sepintas lalu pergi,,
Tapii, omo nosa jadi jantung yang akan menetap didiri ini,,
Tak bisa larii ? yaa,,
Sulit sekali untuk menghindarinyaa,,
Hhhmmmm,, apa sebenarnya ini ?
Apa maksudnya ?
Kenapa Aku ?
Mengapa Sekarang ?
Aaaarrgg,,,just need something fresh,,
Semuanya,,
Mulai jelas sekarang,,
Semuanya semakin tampak,,
Ddan kamu tau kenapa ?
Yaaa,,it cause you,,
Kamu dan segala tentang kamu yang membuatnya semakin jelas,,
Ntahlah,,aku tak seka melihat ‘kalian’,,
Beserta moment-moment indah kalian ,,
Hhmmm,,saalah memang
Tapiii,,setiap melihat senyum itumm
Sesuatu itu semakin dan semakin jelas,,
Ini seperti anak kecil yang tak ingin meminjamkan mainannya kepada temannya sendiri,,
Wwooowww,,,can you tell me what should I do ?

Bosan mencurahkan apa yang aku rasa,,aku kemudian tertidur.  Ketika terbangun, kulihat jam dan ternyata aku tertidur cukup lama, 2jam. Eemm,, mimpi yang sama, mimpi yang sangat ingin aku wujudkan menjadi kenyataan. Padang dandelion, malam hari dan bintang, adalah hal yang sangat aku sukai, di mimpi itu dia menembakku di padang dandelion dan itu sangat menhyenangkan, akhirnya aku beranjak dari tempat tidurku yang kusayang, melupakan semua mimpi yang hanya akan menjadi mimpi lalu pergi untuk menyegarkan badan yang sudah lengket dengan keringat ini. Yaaa maklumlah, seharian bermain dengan mereka sampai kulupakan waktuku,,aku senang berada disana, tempat yang selalu ingin aku kunjungi setiap akhir pekan, mereka selalu mengajarkanku banyak hal,,permainan baru yang selalu bisa membuatku tergoda untuk mencobanya dan ntah mengapa tak ada satu hal pun yang dapat membuatku berkeinginan pulang kerumah kecualiiiiii telpon dari ayah yang menyadarkanku bahwa masih ada tugas lain yang harus ku kerjakan.
Ya, aku bekerja membantu ayah dalam mengurusi toko yang telah dibangunnya semenjak 3 tahun yang lalu. Semua orang memanggilku dengan sebutan “Ceng”, yaa itu karena aku bertubuh kecil tapii tetap imutt J. Ayah dan ibuku sendiri memberikan nama yang indah, “Aqila Rose Hardiyanti”. Setiap hari aku hanya membantu ayah di tokonya, kecualiii di akhir pekan, aku dan teman-temanku sering mengunjungi tempat dimana dulu aku dan teman-temanku melakukan riset tentang lingkungan sehat.
Beberapa hari ini ada yang membuatku canggung berada didekat mereka, yaa mereka satu team risetku. Aku memang satu-satunya wanita diantara 4 pria yang menurutku yaa bolehlah kalo mereka mau kujadikan sebagai pacar. Benar saja, aku menyukai salah satu temanku yang ternyata sudah mempunyai seseorang dihidupnya, ya walaupun baru berstatus sebagai pacar toh aku juga tak mungkin untuk menghancurkan hubungan yang telah mereka bangun. Aku tak tau apa yang telah terjadi, sampai-sampai aku terbawa suasana dan akhirnya jatuh hati padanya. Mungkin karena kami dulu terbiasa bersama-sama, gimana nda kemana mana orangnya itu itu aja, satu hal yang membuatku mengaguminya, caranya membuat anak-anak kecil itu nyaman didekatnya.  Bagaimanapun juga, aku harus segera menetralkan perasaan yang ada ini.
 Sudah berapa hari aku nda dengar kabar dari Tian, yaa Tian dia yang selama ini duduk dipikiranku. Mungkin dia tau aku suka sama dia, aaiisshh kalo sampai dia tau aku nda tau lagi mesti gimana. Sudahlah, biarkan saja,,
Yeeyyyy weekend, hari ini kami kembali mengunjungi tempat yang tak bisa membuat kami bosan untuk pergi kesana. Namun, ada satu hal yang membuatku tak begitu bersemangat seperti biasanya, sesampainya disanapun, aku tak bermain seperti biasanya, aku memilih untuk pergi ke sungai tempat dimana aku biasa menyendiri. Bermain air membuatku sedikit bisa melupakannya.
“wwoooyyy, ngapain kamu sendirian disini ?” kejut Rian.
“gangguin orang aja sii ni anak, nda papa ko Cuma pengen maen air aja” jawabku cuek.
“kamu kira aku nda bisa liat perubahan sikapmu ?” tanya Rian sambil melihatku dengan tatapannya yang khas.
“Apaan ssih, aku lo nda papa”
“halaahh, kamu ttu nda semangad karena nda ada Tian kan ?”
Mendengar itu, walaupun terkejut aku berusaha menyembunyikannya, “hah ?gila kamu ?”
“udah deh, nda usah bohong kamu, kamu suka ya sama Tian ?”
Aku hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan Rian,  diam dan diam. Aku hanya bisa tersenyum padanya, dan aku rasa dia sudah mengerti jawabannya, yang membuatku heran adalah bagaimana bisa dia tau ?
Semenjak saat itu, aku dan Rian menjadi lebih dekat karena seringnya aku bercerita tentang Tian, banyak hal yang aku ceritakan termasuk tentang mimpi-mimpiku. Rian hanya bisa tertawa dan tertawa, yaaa dia memang tak pernah mendengarkan ceritaku dengan serius. Rian membantuku melupakan apa yang aku rasa sama Tian. “Sudahlah Ceng, toh dia sudah bahagia gini sama pacarnya”, itu kata-kata yang selalu diucapkan Rian padaku. Oke keep fight J
Rian selalu saja membuatku bisa menjadi diriku sendiri, dia bisa membuatku tertawa lepas dan dia adalah satu-satunya orang yang nda pernah protes terkait ketawaku, hehehehe.
Hari ini, dia bilang ingin mengajakku ke suatu tempat yang katanya siih aku pasti menyukainya. Yaahh, sebagai orang yang selalu merepotkannya, aku mau aja ikut dengannya. Selama perjalanan aku habiskan menyanyikan lagu Maroon5 yang diputar Rian. Dan ternyata dia membawaku ke padang ilalang yang panas dan membuatku sedikit memberikannya wajah penuh tanya, dan yang lebih menjengkelkan Dia hanya memberikanku senyumnya yang penuh dengan tanya dalam otakku.
Setelah beberapa menit menyusuri padang ilalang yang membuat tubuhku gatalll, aku masih saja mengoceh pada Rian menanyakan kemana sebenarnya dia akan membawaku.
“ayooo”, ucap Rian sambil menarik tanganku.
Sesaat kemudian, aku dikejutkan dengan pemandangan yang ada didepanku dan tentu ini membuatku tak bisa berkata banyak, aku hanya dapat tersenyum memandang Rian. Padang Dandelion, yaa padang yang dipenuhi bunga dandelion yang sangat indah.
“Ila,,Aqila Rose Hardiyanti aku sengaja ajak kamu kesini supaya mimpi kamu jadi kenyataan, sekarang aku mau ngomong serius sama kamu, aku suka sama kamu, sayang sama kamu, kamu mau nda jadi seseorang yang ada buat aku, jadi seseorang yang dapetin ucapan selamat pagi setiap kali pagi datang, dan menjadi seseorang yang akan sangat amat berarti di hidupku ?”
Aku hanya bisa terdiam, dan tak tau apa yang harusnya aku lakukan pada saat itu.
“kamu nda perlu bingung ilaaa, ditanganku sudah ada 2 tanaman, dandelion dan ilalang, kalo kamu mau jadi bagian dalam hidupku, tiup dandelionnya, biarkan mereka terbang bebas, tapi kalo nda kamu cukup buang ilalang yang ada ditanganku”.
“terimaaaa,,terimaa,,terimaaa” , teriak Tian, Abdur, Roziq beseta pasangan mereka sambil membawa balon berwarna-warni.
Seketika itu, aku terkejut dengan kedatangan mereka semua, haruu iyaaa,, aku terharu dengan semua ini, ntah apa yang Rian pikirkan selama ini, dan ntah apa yang menutupi mataku sampai hal seperti ini tidak kusadari.
Dengan kata-kata yang masih belum sempurna terangkai, aku hanya bisa berkata “Rian, kamuuuu” setelah itu aku hanya bisa memeluknya dan tak berkata apa-apa.
Mereka yang ada disana, kemudian melepaskan balon yang mereka bawa, langitpun menjadi penuh dengan warna, dandelion yang terkena angin pun ikut terbang bebas, dan satu hal yang tak ketinggalan, gelembung-gelembung sabun yang indah ikut mewarnai hariku sore itu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar